Angka putus sekolah pada jenjang pendidikan SD/MI di Kabupaten Bantul pada tahun 2023 mencapai puncak tertinggi dalam 5 tahun terakhir. Hal ini tentu menjadi sebuah permasalahan yang harus diperhatikan bersama. Pasalnya, angka ini cukup melonjak dibanding tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan, Kepemudaan, dan Olahraga Kabupaten Bantul pada tahun 2023, angka putus sekolah jenjang SD/MI di Kabupaten Bantul mencapai presentase 0,34%. Berbeda cukup jauh dengan tahun 2022 yang hanya 0,01%. Melonjaknya angka tersebut menjadi suatu krisis dalam pendidikan di Kabupaten Bantul yang perlu segera dicari solusi konkritnya. 
 

 

Terjadinya peningkatan angka putus sekolah sendiri disebabkan oleh banyak faktor. Menurut Mc Millen Kaufman dan Whitener, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan anak putus sekolah. Faktor tersebut bisa berasal dari internal maupun eksternal si anak. Beberapa faktor internal yaitu rendahnya motivasi anak, penyakit, dan berkebutuhan khusus. Sementara itu, beberapa faktor eksternal terjadinya putus sekolah yaitu faktor ekonomi orang tua, aksesibilitas ke sekolah yang sulit, faktor lingkungan tempat tinggal, tingkat pendidikan orang tua, dan faktor budaya. 
 

 

Meningkatknya angka putus sekolah di Kabupaten Bantul pada jenjang SD/MI tersebut sudah tentu akan memberikan dampak buruk baik bagi anak, sekolah, masyarakat, maupun pemerintah. Dampak buruk meningkatnya angka putus sekolah yang signifikan adalah terbatasnya peluang kerja bagi individu yang tidak memiliki pendidikan formal yang memadai. Hal ini dapat mengakibatkan pengangguran atau pekerjaan yang tidak bekelanjutan. Selain itu, angka putus sekolah juga dapat meningkatkan tingkat kemisikan di suatu daerah karena anak yang tidak memiliki pendidikan yang memadai cenderung memiliki penghasilan yang rendah dan kesempatan ekonomi yang terbatas. 
 

 

Selain dampak tersebut, putus sekolah berdampak juga terhadap penurunan produktivitas dan daya saing ekonomi. Ketika angka putus sekolah tinggi, pemerintah menghadapi tantangan dalam menciptakan tenaga kerja yang terampil dan produktif. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan daya saing negara di pasar global. Selain itu, angka putus sekolah yang tinggi juga berpotensi dalam meningkatkan angka kriminalitas di masyarakat karena kurangnya kesadaran dalam pendidikan karakter serta terbatasnya bimbingan moral dan pengetahuan yang cukup dari keluarga maupun sekolah. 
Dari berbagai penyebab dan dampak buruk meningkatnya angka putus sekolah di atas, maka upaya yang dapat dilakukan adalah memberikan solusi konkrit untuk mengurangi angka putus sekolah. Beberapa aspek yang dapat dijadikan pijakan dalam memberikan solusi tersebut yakni aspek akses pendidikan, aspek keluarga dan budaya pendidikan, dan aspek sumber daya pendidikan. 
 

 

Pada aspek akses pendidikan, strategi pertama yang dapat dilakukan adalah peningkatan alokasi anggaran pendidikan. Pemerintah dapat meningkatkan alokasi anggaran pendidikan untuk gaji guru, pengadaan buku pelajaran, pelatihan guru, dan pengembangan kurikulum. Ini akan membantu meningkatkan kualitas pendidikan dan ketersediaan sumber daya pendidikan. Kedua, pemerintah dapat meningkatkan pengadaan program beasiswa dan bantuan biaya pendidikan baik bagi siswa yang berprestasi maupun siswa kurang mampu. Program beasiswa ataupun bantuan biaya pendidikan secara langsung dan tak langsung akan membuka lebih lebar akses pendidikan bagi anak-anak di Kabupaten Bantul khususnya di jenjang pendidikan dasar. 
 

 

Pada aspek keluarga dan budaya pendidikan, strategi tanggap pertama yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan kesadaran pendidikan. Hal tersebut dapat dilakukan melalui kampanye edukasi ke masyarakat dengan memanfaatkan berbagai media baik media cetak maupun media sosial. Walaupun tidak menjamin angka putus sekolah dapat menurun secara signifikan, tetapi kampanye kesadaran pendidikan setidaknya dapat membuka mata dan pikiran masyarakat terutama orang tua mengenai pentingnya pendidikan bagi anak untuk kesejahteraan hidup ke depannya. Kedua, pemerintah dapat bekerja sama dengan lembaga pelatihan dalam mengadakan pelatihan bagi orang tua mengenai praktik parenting, pengembangan pendidikan karakter, atau pelatihan keterampilan lain yang dapat meningkatkan kesadaran orang tua terhadap pendidikan. Di samping itu, dukungan psikososial juga dapat diberikan kepada orang tua baik melalui pemerintah maupun lembaga yang digandeng. Ketiga, pemerintah dapat berkolaborasi dengan komunitas lokal di Bantul yang peduli akan pendidikan. Pemerintah dan sekolah dapat menjalin kemitraan dengan komunitas lokal untuk menyediakan layanan pendukung pendidikan, seperti bimbingan belajar atau perpustakaan komunitas. 
 

 

Pada aspek sumber daya pendidikan, strategi pertama yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan kualitas guru. Cara untuk meningkatkan kualitas guru bisa dilakukan dengan pengadaan pelatihan secara intensif, pelatihan berkelanjutan untuk memahami metode pengajaran terkini, pelatihan teknologi pendidikan, atau pelatihan berkualitas lainnya. Hal ini penting karena guru sebagai pengganti orang tua bagi anak di sekolah tidak hanya dituntut untuk mentransfer pengetahuan, tetapi juga harus bisa memberikan bimbingan moral dan psikososial bagi anak terutama mengenai pentingnya pendidikan berkelanjutan. Kedua, peningkatan sumber daya teknologi. Yang dimaksud adalah bahwa teknologi dapat memberikan akses ke sumber daya pendidikan tambahan, seperti materi pelajaran daring, perpustakaan digital, dan aksesibilitas terhadap teknologi pendidikan lainnya. Ketiga, peningkatan fasilitas sekolah. Sekolah harus memperbaiki kualitas fasilitasnya untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang aman dan nyaman. 
 

 

Dari berbagai strategi tanggap di atas, maka langkah penting selanjutnya yang tak boleh dilewatkan adalah menjaga konsistensi, kekompakan, dan komitmen bersama. Artinya, sinergitas antara anak, orang tua, masyarakat, sekolah, dan pemerintah harus terus dipupuk agar terjaga. Berbagai inovasi yang terukur dan terarah juga tidak hanya dari pihak pemerintah atau sekolah, tetapi orang tua dan masyarakat juga dapat berkontribusi baik melalui gagasan, tenaga, waktu, dan bentuk kontribusi lainnya. Kuncinya adalah setiap elemen pendidikan yang ada harus saling merangkul dan berorientasi pada kesetaraan. Harapannya, dengan adanya upaya berkelanjutan, tingkat partisipasi siswa di sekolah akan meningkat. Semakin banyak anak yang mendapat akses pendidikan yang berkualitas, semakin rendah angka putus sekolah. Hal ini juga sekaligus sebagai upaya dalam mendukung program SDGs Indonesia dalam bidang pendidikan yakni mewujudkan pendidikan yang berkualitas. (Ardi Wahyu Iswardani, S.Pd.)