DIKPORABANTULNEWS - Suasana hangat menyelimuti Ruang Rapat Ki Hadjar Dewantara, Dinas Pendidikan, Kepemudaan, dan Olahraga (Dikpora) Kabupaten Bantul, Jumat (5/12). Pagi itu, Pemerintah Kabupaten Bantul menerima kunjungan istimewa dari rombongan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan beserta Kelompok Kerja (Pokja) Bunda PAUD Kota Malang. Kedatangan rombongan dari Jawa Timur ini membawa misi khusus: melakukan studi tiru atas keberhasilan Kabupaten Bantul dalam pengelolaan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang baru saja menyabet Apresiasi Bunda PAUD Tingkat Nasional.
Menuntut Ilmu ke "Barat"
Semangat untuk belajar dan berkolaborasi terasa kental sejak awal acara. Plh. Kepala Bidang PAUD dan PNF Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang, Hendro Tri Yulianto, S.E., dalam sambutannya menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Kabupaten Bantul. Dengan nada jenaka namun penuh hormat, Hendro mengibaratkan perjalanan mereka seperti sebuah pencarian ilmu yang serius.
“Kami datang jauh-jauh dari timur, ibarat pepatah lama atau kisah perjalanan mencari kitab suci, kami ini sedang ‘menuntut ilmu ke barat’. Hingga akhirnya tibalah kami di Bantul,” ujar Hendro yang disambut tepuk tangan hadirin.
Ia menegaskan bahwa pilihan lokasi studi tiru ini bukan tanpa alasan. “Kami mendengar gaung prestasi Bantul yang luar biasa, khususnya setelah meraih Apresiasi Bunda PAUD Tingkat Nasional. Kami ingin melihat langsung, menyerap ilmunya, dan membawa pulang semangat serta strategi hebat tersebut untuk diterapkan di Kota Malang,” tambahnya.
Keistimewaan DIY: Sapaan "Ibu" untuk Bunda
Menyambut hangat kehadiran tamu, Kepala Dinas Dikpora Kabupaten Bantul, Nugroho Eko Setyanto, S.Sos., M.M., memberikan wawasan budaya yang menarik terkait nomenklatur di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam ucapan selamat datangnya, beliau menjelaskan keunikan penyebutan gelar bagi sosok penggerak PAUD di wilayah ini.
“Sugeng rawuh di Bumi Projotamansari. Perlu kami sampaikan sebagai bagian dari Keistimewaan DIY, ada sedikit perbedaan penyebutan di sini. Jika di level nasional dan daerah lain menggunakan istilah ‘Bunda PAUD’, maka di DIY, mulai dari Provinsi, Kabupaten, hingga Kota, kami menggunakan sebutan ‘Ibu PAUD’. Ini adalah bentuk penghormatan budaya sekaligus ciri khas keistimewaan kami,” terang Kepala Dinas Dikpora.
Beliau berharap perbedaan istilah ini justru memperkaya wawasan kebhinekaan, tanpa mengurangi esensi semangat dalam memajukan pendidikan anak usia dini yang berkualitas.
Mengupas Tuntas Praktik Baik
Acara inti diisi dengan paparan mendalam oleh Ketua Pokja Ibu PAUD Kabupaten Bantul, Hj. Emi Indriani Aris Suharyanta, S.Pd. Dalam sesi ini, Emi membedah "dapur" strategi Bantul, terutama terkait program-program terobosan yang sukses dijalankan.
“Kiprah Ibu PAUD Kabupaten Bantul tidak hanya sekadar seremonial, tetapi menyentuh akar masalah. Salah satu fokus utama kami adalah perluasan akses melalui program penegerian TK Swasta dengan target ‘Satu Kapanewon Minimal Satu TK Negeri’,” papar Emi.
Emi menjelaskan secara rinci bagaimana sinergi antara Pokja, Dinas Dikpora, dan lintas sektor mampu mengatasi tantangan status aset tanah hingga kesejahteraan guru honorer dalam proses penegerian tersebut. Selain itu, ia juga memaparkan implementasi PAUD Holistik Integratif (PAUD HI) dan penguatan transisi PAUD ke SD yang menyenangkan, yang menjadi kunci keberhasilan Bantul di tingkat nasional.
Kunjungan studi tiru ini ditutup dengan diskusi interaktif yang hangat, tukar menukar cinderamata, dan komitmen bersama untuk terus memajukan pendidikan anak usia dini di daerah masing-masing. Melalui pertemuan ini, Kabupaten Bantul kembali membuktikan diri sebagai barometer inovasi pendidikan di Indonesia. (RAA)







